Jumat, 26 November 2010

MUTIARA PEREMPUAN PANGGILAN


Oma Mutiara
Rumah itu besar dengan arsitektur Neo Klasik , sangat anggun berdiri kokoh di kaki gunung yang selalu berselendang awan. Pagar besi tempa yang melilit berdiri tegap setinggi hampir tiga meter,  keanggunan rumah bertambah mengesankan dengan kurungan pagar yang kokoh. Warna putih yang menyelimuti rumah itu menambah keangkuhannya. Jendela besar  yang menghadap gunung terbuka lebar.
Herman Indrapati
 
Herman Indrapati
 
Perempuan tua dengan usia mendekati 60 tahun duduk menghadap jendela  memandangi gunung  Oma Mutiara menikmati hari tuanya dengan damai  tenang dan bahagia, tidak banyak orang yang tahu riwayat Oma Mutiara ketika masih muda bermandikan Lumpur, bermandikan susu dan bergelimang dengan emas dan dosa.

Oma Mutiara yang sebentar lagi genap berusia enam puluh  tahun namun usia senja itu masih jelas meninggalkan kecantikan yang sempurna pada masa nya.
Angin bertiup halus dari jendela yang terganga, pohon cemara dipojokan halaman terlihat melambai lambai.
Kota Mekah mengubah seluruh diri oma Mutiara, sepulang dari menunaikan ibadah haji Oma Mutiara, seakan akan menjadi manusia lain, dia pendiam  senyum yang pergaris dibibir nya sangat sering dia lontaerkan, untuk hal yang menyenangkan ataupubn hal yang tidak menyenangkan hatinya Oma hanya tersenyum.
Jika dia berada sendiri maka hatinya semakin luluh lantak, dia kini merasa sangat takut dan menyesal dengan seluruh kehidupan yang pernah dia tempuh, terkadang sepanjang hari oma hanya bersimpuh dio sejadahnya seraya melantunkan permohonaqn ampun kepada sang ilahi rabbi. Tetapi kisah dirinya terus menggeluti hatinya.
Sore itu
Seperti sore kemarin
Oma Mutiara  masih memandangi gunung. Tiba tiba awan tebal membungkus puncaknya, oma tercenung dalam bingkai masa lalu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar